Halu.
Aku ini terlalu mudah jatuh cinta, bahkan kepada tokoh fiksi dalam setiap novel yang aku baca. Aku jatuh cinta kepada Dilan dan Nathan, cowo badung dalam dua era yang berbeda. Kepada Mingke, remaja pribumi yang dengan kemampuan menulisnya punya kesempatan besar mendapatkan cinta seorang perempuan Belanda. Kepada Jati Wesi, manusia super dengan penciuman tajam yang memukau. Kepada Biru Laut, aktivis 98 yang menjadi korban penculikan rezim keji pada masanya namun tidak pernah mundur untuk meneriakan kata 'lawan'. Atau kepada Ajo Kawir, sopir truk antar provinsi yang telah diajarkan ketenangan oleh burungnya yang bahkan tidak bisa berdiri. Tokoh-tokoh ini hanyalah segelintir 'orang' yang membuatku jatuh cinta dan tidak bisa berpaling untuk beberapa saat. Namun, jika saja mereka nyata aku tidak akan pernah berharap menjadi tokoh utama perempuan pengisi hari dari tokoh-tokoh ini. Aku akan menjadi pemeran pendukung dalam setiap kisah mereka. Menjadi tukang cuci piring, pedag