PAPA GANTENG

 

Firda dan Papa

Hallo, ini adalah beberapa kenangan yang masih sangat jelas ku ingat dari Papa.

12 Februari 2021, Husni Thamrin Bin Junaid Dally kembali kepada penciptanya. Meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkannya.

Papaku lahir dengan nama Husni Thamrin. Orang-orang memanggilnya Pak Husni atau Daee Neo. Papa dulunya seorang Pegawai Negeri Sipil, tahun 2014 satu tahun sebelum aku lulus SMA papa pensiun. Hari-harinya kemudia berjalan monoton. Pagi hari bersiap untuk mengantarku sekolah, siang hari kadanng menjemputku, kadang juga tidak. karena aku adalah siswa dari kelas akselarasi, jadwal sekolahku menjadi padat, pulang sekolah sebelum adzan magrib setiap harinya dan papa akan dengan setia menunggu depan sekolah. seperti kebanyakan ayah lainnya.

Aku adalah anak terakhir dari papa. saat aku tumbuh dewasa papa sudah semakin tua. kondisina tidak seprima saat kakak-kakakku sekolah dulu. karena anaknya yang kebanyakan perempuan, papa selalu menyempatkan waktunya untuk memenuhi segala kebutuhan kami termasuk aku. selama masa sekolahku ini, ada satu hal yang masih ku ingat dan membuatku terus merasa bersalah, walaupun papa pasti ngelakuinnya dengan penuh tanggungjawab. waktu itu sedang masa orientasi di sekolah, dan seperti kebayakan anak lainnya, aku selalu lupa memberitaukan kebutuhan untuk besok hari lebih awal kepada ibu atau papa. hari aku ditugaskan untuk membawa beberapa makanan yang sudah ditetapkan oleh panitia. karena aku lupa, papa harus keluar malam-malam untuk mencarinya. kondisinya sudah tidak seprima dulu, papa kecelakaan saat pulang. hari itu, aku bertekad untuk setidaknya bisa nyetir motor agar tidak terlalu merepotkan. selama masa orientasi ini, papa selalu menyiapkan apapun yang aku butuhkan. salah satunya adalah harus menganti tali sepatu dengan tali rafia merah. sebelum dipasangkan disepatuku, tali rafia itu dianyam dulu sama papa, katanya biar aku yang ceroboh ini ngga jatuh dan biar talinya tidak ceepat rusak. 

selama masa sekolah, papa bahkan selalu memasangkan tali sepatu ku. hari senin pagi, sepatu yg sudah ku cuci kemarinnya selalu sudah dipasangkan talinya dan kaos kaki sudah ada didaalam sepatu. papa tidak pernah bilang seberapa sayangnya dia pada anak-anaknya, namun selalu perhatian dan melakukan hal-hal kecil yang mempermudah aktivitas anak-anaknya. oiya, selama masa sekolah papa juga menyetrikakan seragam sekolah. katanya biar rapih.

Masa kuliah adalah pertama kalinya aku harus tinggal jauh dari oraangtua. Aku kuliah di Malang, saat pertama kali kesana papa dan ibu mendampingi. tapi haya 1 minggu, kemudian ibu dan papa pulang. saat akan kuliah, sebenarnya paapa ingin aku kuliah ditempat yang lebih dekat, tapi aku yang saat itu masih terlalu egois memilih untuk kuliah di tempat yang lebih jauh dengan dalih yang sangat konyol "masa anak aksel kuliahnya di Bima?". iya egois banget emang. dulu aku ngga pernah tau, kalo segala hal yang orangtua sarankan itu dengan beribu pertimbangan yang aku tau adalah kalo apa yang ku inginkan tidak dipenuhi orangtua ku ngga sayang aku. lucu banget, tapi miris juga. aku rasa salah satu masalahnya adalah financial. aku lupa satu fakta bahwa orangtuaku sudah pensiun dan keuangannya tidak stabil dulu. tapii, Alhamdulilllahnya aku kuliah sambil kerja yang sedikit tidak membantu.

Selama 4 tahun di Malang, Papa selalu menelpon di pagi hari atau lebih tepatnya subuh hari. telpon dengan pertanyaan yang sama dan durasi tidak pernah lebih dari 5 menit. dulu karena aktivitasku yang sangat padat aku seringkali merasa terganggu padahal papa ingetin makan sama solat aja.

Tahun 2020 saat aku kembali setelah menyelesaikan kuliah, semuanya menjadi terlihat berbeda. Papa dan Ibu terlihat berpuluh-puluh kali lebih tua. masalah keuangan sepertinya tidak pernah selesai. Namun Papa tetaplah Papa yang super sabar dan tenang. Papa menengkan walau ia sendiri terlihat risau?

Saat kembali aku belum langsung bekerja, jadi hhampir setari-hari menganggur aku habiskan di rumah bersama papa. saat itu Papa sudah sering banget sakit, mengeluh karena sakit hamir setiap hari. Namun papa tidak pernah meninggalkan solat. oiya, Papa kakinya pincang, kakinya kanannya makin hari makin kecil, bahkan terlihat hanya tulangnya saja, dari lutut kebawah. ia biasanya jalan dibantu tongkat. Satu-satunya hal yang sanggup aku beelikan untuk papa. Papa saat sakitpun tidak pernah meninnggalkan solat, bahkan selalu di masjid. Kalo jumatan papa selalu pergi bersama orang lain, takut2 tidak kuat jalan. kadang ku antar pake motor. semangatnya buat ibadah  tidak pernah suruh bahkan disaat terakhirnya.

2020 sampai 2021 masih menjadi tahun terberat untukku, menganggur dan tidak bisa berbuat apa-apa itu sangat menyiksa. namunn di tahun-tahun ini aku banyak belajar. Sekali waktu saat sedang bertiga dengan Ibu Papa, ibu bilang "Firda ni pas kecil paling ngga bisa ditolak keinginannya, sekarang udah besar jadi  sabar", waktu itu papa bilang "ah engga, Firda masih ambisius tapi ngga keliatan aja". saat itu aku cuma tertawa. tapi ada satu hal yang kusadari, papa mengenalku sangat dekat, lebih dekat dari yang ku kira. saat aku sedang sakit, ibu cenderung cuek, tapi papa selalu sangat khawatir. di saat-saat terkahirya Papa selalu ngingtin untuk "lembo ade ana" yang waktu itu aku juga ngga tau maksudnya apa. atau pernah sekali, Papa sudah sakit tapi masih kuat bangun untuk sekedar makan. karena di rumah yang bisa nyetir motor cuma aku, aku jadi andalan untuk diminta antarr kesana kemari. Papa bilang, dia ngga nyaka aku sekarang begini sambil senyum. aku tau begitu banyak makna yang ada di dalamnya.


Comments

Popular posts from this blog

Surat Al-baqarah (148 dan 177), Fatir (32), Al-Isra' (26-27) dan terjemahan

Contoh Penulisan Daftar Pustaka

Delusi